Sabtu, 24 Mei 2008

Trivium, the next Metallica!

Trivium yang dibentuk pertama kali pada tahun 2000 ini sebenarnya sudah pernah merilis album berjudul ‘Ember to Inferno’ (2003). Waktu itu, formasinya cuma dihuni oleh vokalis sekaligus gitaris Matt Heafy, dramer Travis Smith serta basis Brent Young. Ketiganya mendapat sambutan yang cukup bagus lewat usungan garukan cadas ala Metallica awal yang diramu bersama elemen metal yang progresif nan agresif.

Nah, gaung album itulah yang membuat perusahaan rekaman Roadrunner terpikat dan akhirnya mengontrak mereka. Hasilnya, pada Maret 2005 lahirlah album ‘Ascendancy’ yang juga telah diedarkan oleh PT Indo Semar Sakti di Indonesia. Di album ini, Trivium yang berasal dari kawasan Orlando, Florida AS ini mengubah formasinya dengan mengajak basis Paolo Gregoletto (menggantikan Brent) serta gitaris Corey Beaulieu bergabung.

Lewat ‘Ascendancy’ yang mengunggulkan single ‘Pull Harder on the Strings of your Martyr’, seketika nama Trivium melesat ke permukaan. Majalah-majalah musik, khususnya di Amerika, banyak yang memuat artikel tentang mereka. Sekaligus, juga taburan pujian. Bahkan, Trivium disebut-sebut sebagai ‘Metallica generasi baru’ karena adonan musiknya yang tidak cuma mengumbar unsur trash modern, tapi juga menaburkan banyak elemen yang melodik. Tapi seperti yang diakui oleh Travis. Mereka sama sekali tidak keberatan jika dianggap sebagai penerus Metallica. “Adalah sebuah penghargaan yang tinggi buat kami. Metallica adalah band favorit kami sejak awal. Kami bangga bisa menjadi penerusnya, sebab memang itulah yang kami lakukan. Kami memang meramu sound yang trash, namun juga memiliki sisi yang melodik.”

Pengaruh Corey Beaulieu
Ketika diwawancarai oleh SMNnews.com, gitaris Corey Beaulieu menyebut musik ‘Ascendancy’ sebagai karya yang benar-benar keras. Juga jauh lebih cepat dan berat dibanding ‘Ember to Inferno’. “Juga lebih melodik dan sarat ‘semangat perang’. Dan untuk permainan gitar, kami telah mencoba memainkan banyak variasi. Kami tak pernah berhenti pada satu pola saja.”

Khusus untuk gitar, Corey juga mengakui bahwa di beberapa lagu ia banyak terpengaruh oleh racikan aransemen gitar ala Metallica, Megadeth, Slayer hingga Pantera. “Selamanya saya akan selalu mendengarkan Pantera. Dimebag (gitaris Pantera) sangat jenius, man! Sayang kita tak lagi bisa mendengar karya musik dari Pantera atau pun Damageplan.”

Selain band-band tadi, Corey juga melahap hampir semua band metal yang mengetengahkan permainan gitar yang bagus. Guns N’ Roses adalah band pertama yang sering didengarnya, karena ia sangat mengidolai Slash. Namun ketika Corey mendengarkan album Megadeth, ia langsung terpikat pada duet gitar Dave Mustaine dan Marty Friedman. Setelah itu, Corey pun melahap band-band sejenis seperti Metallica, Slayer, Pantera, Iron Maiden hingga Pantera. Corey bahkan juga menyimak permainan gitar Yngwie Malmsteen, dan band-band metal angkatan ‘80-an kayak Motley Crue, Dokken, Warrant, Winger, White Lion, Whitesnake dan Extreme. “Memang sih lagu-lagunya kadang cengeng, tapi permainan gitarnya luar biasa!”