Senin, 16 Juni 2008

Ancaman 10 Band Metal Ekstrim

Band-band beraliran metal seperti Korn, Slipknot, Deftones, Disturbed, Drowning Pool, Godsmack hingga System of A Down boleh mendominasi pemberitaan di media dan mencetak angka fantastis dalam penjualan album. Namun, di bawah bayang-bayang ketenaran mereka, ada beberapa band yang pelan tapi pasti mengancam posisi tersebut.

Kendati kebanyakan di antara mereka besar di kubangan underground, namun musik usungan ‘serdadu metal’ ini dianggap jauh lebih jujur dan ekspresif. Mereka benar-benar menggiring musik metal ke arah yang lebih ekstrim. Mengusung pengaruh Iron Maiden, Slayer, Testament, Metallica dan Sepultura ke tingkatan yang lebih menantang. Lebih gagah, skillful dan bertenaga. Tidak cuma mengandalkan riff-riff berat yang cepat, tapi juga sesekali selipan solo yang akrobatik ala gitaris shredder. Siapa saja mereka? Nih, deretan jagoannya!

LAMB OF GOD
Band yang tadinya bernama Burn the Priest ini berhasil memaksa para metal mania untuk menengok sepak terjang mereka ketika merilis album ‘As The Palaces Burn’. Karena, album yang diproduksi oleh Prosthetic Records (2003) ini mendapat banyak acungan jempol dari beberapa media tenar seperti Rolling Stone dan Entertainment Weekly. Di majalah musik Revolver dan Metal Hammer, ‘As The Palaces Burn’ malah didaulat sebagai album terbaik tahun itu. Berkat album ini pula Lamb of God bisa merasakan lantai panggung MTV’s Headbanger’s Ball Tour pada tahun itu juga. Sementara hasil dari album ‘Ashes of the Wake’ (Epic) yang dirilis sesudahnya berhasil membawa Lamb of God tampil di ajang bergengsi, Ozzfest 2004.

Perjalanan Lamb of God dimulai oleh sekelompok musisi muda yang kuliah di Virginia Commonwealth University. Mereka adalah Mark Morton (gitar), Chris Adler (dram) dan John Campbell (bas). Di tengah jalan, Mark sempat cabut dan digantikan oleh gitaris Abe Spear. Kemudian masuk pula vokalis Randy Blythe. Namun, sekitar setahun sebelum merilis album pertamanya, Mark masuk lagi. Abe ternyata tak bertahan lama. Posisinya lantas digantikan Willie Adler, saudara laki-laki Chris. Formasi inilah yang lantas mendukung penggarapan album debut ‘New American Gospel’ (2000), kerjasama pertama dengan Prosthetic Records.

Menurut Mark, olahan musik yang dibawakan Lamb of God bukan standar yang dipakai band metal pada umumnya. Karena band yang baru saja merilis album ‘Burn the Priest’ (Epic) ini tidak ingin terbatasi oleh genre. “Kami akan selalu menjadi band trash metal, tapi saya lebih tertarik mengeksplorasi apa yang bisa kami kembangkan dari batasan-batasan genre musik yang ada,” cetusnya meyakinkan.

MASTODON
Mastodon mulai menggeliat dari kawasan Atlanta, AS sejak awal tahun 2000. Band yang mengusung peleburan grind, hardcore dan titik terpanas pada genre metal ini digerakkan oleh vokalis sekaligus basis Troy Sanders, gitaris Brent Hinds serta dua musisi mantan personel kelompok musik Today Is the Day, gitaris Bill Kelliher dan dramer Brann Dailor.

Adalah label rekaman Relapse yang pertama kali menangkap denyut musik yang menjanjikan pada Mastodon. Pada tahun 2002, Mastodon merilis album mini bertajuk ‘Lifeseblood’. Setahun kemudian, album full pertama mereka yang berjudul ‘Remission’ lahir. Album inilah yang membawa mereka pada kesibukan tur panjang sebelum kembali ke studio dan menggarap ‘Leviathan’ (2004).

Menurut gitaris Bill Kelliher tentang konsep musik Mastodon, bahwa sebenarnya apa yang mereka mainkan tak lebih dari suguhan musik old school metal. “Tapi kami terjebak di dunia nu-metal,” tandasnya.

SHADOWS FALL
Shadows Fall termasuk band metal yang paling sering mendapat ulasan di berbagai media musik. Kualitas musik usungan mereka, terutama ketika merilis album ‘The Art of Balance’ (2002) menjadi bahan perbincangan di mana-mana. Sarat beat progresif yang dibumbui permainan instrumen yang mengandalkan penguasaan teknik tinggi. Dan ketika mereka muncul lagi lewat album ‘The War Within’ (2004), pujian pun mengalir deras. Shadows Fall dianggap sebagai pembawa wabah baru bernama ‘New Wave of American Heavy Metal’. Bahkan kedua gitarisnya, Jon Donais dan Matt Bachand disebut-sebut sebagai gitaris metal masa depan yang mampu membawa pengaruh Metallica, Slayer dan Iron Maiden ke level yang jauh lebih modern.

Dari Massachusetts, AS pada tahun 1996, Jon dan Matt mulai mengibarkan nama Shadows Fall. Keduanya lantas merekrut Phil Lebonte (vokal), Paul Romanko (bas) dan David Germain (dram) untuk memperkuat formasi. Sebelum merilis album pertamanya, ‘Somber Eyes to the Sky’ (1997), Shadows Fall sempat menjadi band pembuka konser Fear Factory dan Cannibal Corpse di Inggris.

Perubahan formasi terjadi setahun kemudian. Posisi vokalis Phil digantikan oleh Brian Fair, yang dianggap lebih memiliki kedinamisan dalam berolah vokal. Pada tahun 1999, band ini menandatangani kontrak rekaman dengan Century Media yang lantas menghasilkan album ‘Of One Blood’. Tapi nama Shadows Fall baru benar-benar berkibar kencang ketika merilis ‘The Art of Balance’ yang dibarengi penampilan di panggung Ozzfest (2003). Berkat album yang menghadirkan dramer baru, Jason Bittner ini pula, Shadows Fall mendapat kesempatan emas untuk menjadi band pembuka konser Slayer dan Pantera di Jepang. Reputasi yang sama, kembali mereka kantongi saat merilis ‘The War Within’ (2004) di bawah bendera Century Media.

GOD FORBID
Jika Shadows Fall didaulat sebagai pembawa gelombang baru heavy metal Amerika, God Forbid juga rupanya mencetak reputasi yang kurang lebih sama. Julukan untuk band besutan Byron Davis (vokal), Dallas Coyle (gitar), Doc Coyle (gitar), John Outcalt (bas) dan Corey Pierce (dram) ini adalah ‘New Wave of Swedish Death Metal’.

Tapi jangan salah, God Forbid sama sekali tidak berasal dari Swedia. Mereka besar di New Jersey, AS dan cuma mengembangkan pengaruh death metal dari negara tersebut yang kemudian mereka aduk dengan pengaruh metal ala Hatebreed, Pantera dan Sepultura. Mereka berhasil mengukir namanya sebagai salah satu band metal yang patut diwaspadai setelah menggebrak lewat serangkaian konser bersama Nile, Cradle of Filth, Sevendust, Soul Brains dan Shadows Fall.

Tahun 1998, merupakan awal God Forbid memasuki dunia rekaman. Mereka merilis album mini berjudul ‘Out of Misery’. Album penuh pertama mereka baru muncul sekitar dua tahun kemudian, yakni ‘Reject the Sickness’ yang dirilis oleh 9 Volt Records. Karena mendapat sambutan yang cukup meriah, Century Media Records pun langsung menyambar God Forbid untuk kontrak rekaman. Dari kerjasama keduanya, lahirlah album ‘Determination’ (2001) dan ‘Gone Forever’ (2004) yang beredar secara internasional.

IN FLAMES
Di Swedia, In Flames adalah band metal nomor satu. Mereka mengandalkan leburan pengaruh Iron Maiden dan Black Sabbath ke dalam adonan musik metal modern yang sangat agresif. Kualitas terbaik mereka terlihat ketika merilis album ‘Soundtrack To Your Escape’ (2004) yang berhasil merajai semua chart lagu dan album metal di seluruh radio seputar Belanda, Jerman, Italia dan Swedia tentunya.

Sementara salah satu single dari karya masterpiece tersebut, yakni ‘The Quiet Place’ mampu menerobos hingga peringkat kedua di tangga Top Ten Swedia. Sekaligus, single tersebut juga menjadi lagu bercorak metal pertama yang bertahan selama hampir sebulan. Sementara video klipnya, mencatat request terbanyak di MTV Eropa. Hanya besar di negara-negara Eropa? Tidak juga. Sebab ketika dirilis di Amerika, album In Flames ini berhasil terjual sebanyak 10 ribu keping dan nangkring di deretan Billboard US Top 100.

Adalah Jesper Stromblad, mantan gitaris band Ceremonial Oath yang memulai perjalanan In Flames. Karena ia merasa butuh wadah yang lebih luas untuk menyalurkan kreatifitasnya dalam bermusik, maka ia membentuk In Flames. Album pertama berjudul ‘Lunar Strain’ dirilis pada tahun 1993 oleh label lokal di Swedia, yakni Wrong Again Records.

Pada tahun 1996, In Flames yang kini diperkuat Jesper Stromblad, Anders Friden (vokal), Bjorn Gelotte (gitar), Peter Iwers (bas) dan Daniel Svensson (dram) dikontrak oleh Nuclear Blast Records. Dari label ini, lahir album ‘Jester Race’ (1995), ‘Whoracle’ (1997), ‘Colony’ (1999), ‘Clayman’ (2000), ‘The Tokyo Showdown: Live’ (2001), ‘Tokyo Showdown (live)’ (2001), ‘Reroute to Remain’ (2002) dan ‘Soundtrack to Your Escape’ (2004).

KILLSWITCH ENGAGE
Rombongan metal satu ini memang sejak awal sudah akrab dengan komunitas metal underground. Sebab sebelum dibentuk, Mike D’Antonio, basisnya, adalah pentolan utama sekaligus penulis lagu Overcast, kelompok metal underground yang sudah legendaris.

Salah satu alasannya kemudian membentuk Killswitch Engage karena ia ingin menemukan perpaduan musisi yang bisa bersenyawa mengusung penggabungan corak hardcore dan metal yang lebih melodius. Makanya, ketika Overcast tutup buku, Mike langsung mengajak dramer Adam Dutkiewitz, gitaris Joel Stroetzel dan vokalis Jesse Leach untuk mengibarkan Killswitch Engage.

Debut pertama band ini dijajal di sebuah ajang musik yang juga menampilkan In Flames. Melihat kebrutalan musik mereka, label Ferret lantas meminang Killswitch Engage untuk kontrak rekaman. Pada Juni 2000, album perdana Killswitch Engage pun dirilis.

Setahun kemudian, Killswitch ikut memeriahkan sebuah album kompilasi berjudul ‘Nasty Habits’ yang juga menghadirkan lagu dari God Forbid, Unearth dan Poison the Well. Setelah itu, keberuntungan lain pun menghampiri. Label rekaman khusus rock yang sudah termahsyur, Roadrunner Records ternyata juga tertarik pada penampilan mereka. Pada 2002, album pertama di bawah naungan Roadrunner bertajuk ‘Alive or Just Breathing’ pun dirilis di seluruh dunia. Disusul kemudian album ‘The End of Heartache’ pada tahun 2004.

UNEARTH
Trevor Phipps (vokal), Ken Susi (gitar), Buzz McGrath (gitar), John Maggard (bas) dan Mike Justain (dram) menjual peleburan heavy metal hardcore gaya Amerika dan Eropa dengan imbuhan riff-riff kharismatik yang unik. Olahan inilah yang membuat nama Unearth, kelompok musik asal Massachusetts, Amerika Utara ini cepat membubung di kalangan penikmat musik metal underground.

Makanya, sejak dibentuk pada tahun 1998, bisa dibilang tawaran manggung buat Unearth langsung mengalir. Dengan jadwal yang padat, mereka telah melanglang hingga ke Kanada dan negara-negara Eropa mendampingi band-band seperti Shadows Fall, In Flames, Poison the Well, Hatebreed, Lamb of God, Killswitch Engage, Soilwork, From Autumn to Ashes hingga Chimaira. Bahkan ajang Headbangers Ball Tour (2003) juga disambanginya.

Hingga saat ini, Unearth telah mengantongi empat album, yakni ‘The Stings of Conscience’ (2001), ‘Endless’ (2002), ‘Above the Fall of Man’ (2002), dan ‘The Oncoming Storm’ (2004).

CHILDREN OF BODOM
Konsep musik Children of Bodom lebih mengarah ke black metal. Sesuai dengan namanya, yang diilhami peristiwa pembunuhan massal yang tercatat di sejarah Skandinavia. Children of Bodom sendiri dibentuk di Espoo, Finlandia pada tahun 1993 oleh penyanyi sekaligus gitarisnya, Alexi Laiho dan dramer Jaska Raatikainen.

Perjalanan selanjutnya, untuk melengkapi formasinya, direkrut pula gitaris Alexander ‘Ale’ Kuoppala, basis Henkka Blacksmith serta kibordis Janne Wirman. Dengan formasi ini, Children of Bodom merilis album ‘Something Wild’ yang juga diedarkan di Amerika oleh label Nuclear Blast pada tahun 1998. Album selanjutnya adalah ‘Hatebreeder’ (1999) dan ‘Follow the Reaper’ (2001).

Memasuki album keempat, Children of Bodom pindah ke label Century Media dan merilis ‘Hate Crew Deathroll’ pada tahun 2003. Namun sekitar setahun sebelumnya, band ini sempat pula merilis album konser berjudul `Tokyo Warhearts’, diproduksi oleh Toy’s Factory.

SOILWORK
Berbeda dengan Children of Bodom, Soilwork malah awalnya dibesarkan oleh label Century Media sebelum pindah ke Nuclear Blast. Ketika dinaungi label pertama, band asal Swedia yang mengusung corak ultra-heavy death metal dengan sapuan power-groove riff ala metal Inggris dan Eropa ini merilis album ‘Steel Bath Suicide’ (1998) dan ‘The Chainheart Machine’ (2000).

Namun selanjutnya, pihak Nuclear Blast rupanya tertarik dengan konsep musik band bentukan tahun 1997 ini. Tahun 2001 menandai awal kerjasama keduanya dengan diluncurkannya album ‘A Predator’s Portrait’. Selanjutnya, Soilwork merilis ‘Natural Born Chaos’ (2002), ‘Figure Number Five’ (2003) dan ‘Stabbing the Drama’ (2005).

Ketika pertama kali dibentuk, Soilwork diperkuat oleh vokalis Bjorn ‘Speed’ Strid, gitaris Peter Wiches dan Ola Frenning serta dramer Henry Ranta. Demo pertama yang mereka bikin berjudul ‘In Dreams We Fall Into the Eternal’. Selanjutnya, Soilwork menambah jumlah personel dengan menggaet basis Ola Flink dan kibordis Carlos Del Olmo Holmberg.

DIMMU BORGIR
Perjalanan Dimmu Borgir sudah dimulai pada tahun 1993. Sejak itu, band asal Norwegia ini secara konsisten mengusung aliran black metal yang ditampilkan secara lebih brutal. Namun sebagai variasi, mereka juga menyuplai unsur melankolik ala opera serta trik-trik khusus dari musik industrial.

Geliat Dimmu Borgir dimulai oleh Trio Shagrath (vokal), Erkekjetter Silenoz (gitar) serta Tjodalv, dramer yang juga seorang gitaris. Selanjutnya, masuk pula basis Brynjard Tristan dan kibordis Stian Aarstad saat merilis single ‘Inn I Evighetens Morke’. Namun seiring dengan perjalanan karir Dimmu, formasi personelnya terus mengalami perubahan. Tercatat nama-nama seperti Kovenant, Kimberly Goss, Mustis, dan Aggressor pernah memperkuat band ini.

Tahun 1994, Dimmu Borgir mulai mendapat perhatian internasional saat menggelar tur keliling Eropa. Setelah itu, gaung Dimmu semakin menjadi-jadi. Album mereka yang berjudul ‘Stormblast’ (1996) malah berhasil mendapat perhatian lebih banyak dibanding album milik pengusung band death goth metal lainnya, yakni Emperor dan Cradle of Filth. Setelah ‘Stormblast’, Dimmu Borgir merilis delapan album rekaman, yakni ‘Enthrone Darkness Triumphant’ (1997), ‘Godless Savage Garden’ (1998), ‘Spiritual Black Dimensions’ (1999), ‘Puritanical Euphoric Misanthropia’ (2001), ‘Alive in Torment’ (2002), ‘Death Cult Armageddon’ (2003) dan ‘Sons of Satan/Gather for the Attack’ (2004).