Jumat, 14 Agustus 2009

Kejutan bagi Dream Theater

Dream Theater (DT) membuat kejutan besar tahun ini. Album terbaru band metal progresif asal AS tersebut, ‘Black Clouds & Silver Linings’ di luar dugaan berhasil menembus peringkat 10 besar album terlaris di AS versi Billboard 200. Pada minggu pertama perilisannya, penjualannya mencapai angka 40.285 keping dan berhak nangkring di posisi 6. DT sudah berkarir selama 25 tahun lebih dan baru kali ini bisa menghuni peringkat top ten bergengsi tersebut.

Sebagai band yang selama ini setia berkubang di area ‘bawah tanah’ untuk menyuapi para ‘true rock/metalhead’; berada di daftar peringkat 10 besar album komersil nyaris tak pernah terlintas di benak para personelnya, James LaBrie (vokal), John Petrucci (gitar), John Myung (bas), Jordan Rudess (kibor) dan Mike Portnoy (dram). Toh, selama menjalani karir yang terentang sepanjang seperempat abad, DT telah terbiasa ‘terabaikan’ dari lingkaran ‘mainstream’. Satu-satunya album yang pernah membuat DT terngiang di radio-radio komersil dan saluran musik MTV adalah ‘Images and Words’ (1992), yang melejitkan single ‘Pull Me Under’ dan ‘Another Day’.

“Ini benar-benar menakjubkan,” seru Mike Portnoy setengah tak percaya. Menurut salah satu dramer rock terbaik di dunia ini, rasanya tak terbayangkan untuk sebuah album yang empat lagunya berdurasi di atas 12 menit bisa laris dan terjaring peringkat Top Ten. “Kami benar-benar sangat berterima kasih pada para penggemar atas dukungannya, yang percaya band ini sebagai sebuah kekuatan musik,” tambahnya.

‘Black Clouds & Silver Linings’ merupakan album studio ke-10 DT, atau yang kedua di bawah bendera Roadrunner Records (di Indonesia dirilis oleh Warner Music Indonesia). Sebelumnya, DT telah merilis ‘Systematic Chaos’ (2007) di label yang tercatat baru 10 kali dalam 30 tahun karirnya menempatkan album produksinya di daftar peringkat Billboard 200. Selain dalam format kepingan CD standar, ‘Black Clouds’ juga dirilis dalam format vinyl LP serta edisi khusus yang berisi tiga keping CD, masing-masing berisi kepingan untuk full album, versi instrumental dan tambahan enam lagu daur ulang. Satu format rilisan lainnya adalah box set yang hanya dicetak dalam jumlah terbatas untuk para kolektor.

Mike Portnoy dkk mulai menggarap proses rekaman ‘Black Clouds’ yang materinya telah disiapkan sejak Oktober 2008, sekitar awal Juni 2009 silam. Mike dan John Petrucci bertindak sebagai produser, plus bantuan dari Paul Northfield untuk menangani pengolahan suara hasil rekaman (mixing). Mike menggambarkan ‘Black Clouds’ sebagai campuran dari karakter progresi lagu-lagu seperti ‘A Change of Seasons’, ‘Octavarium’, ‘Learning to Live’, ‘Pull Me Under’ dan ‘The Glass Prison’. Bahkan Jordan Rudess menambahkan, ada sedikit nuansa Gothic di komposisi musik keseluruhan.

Begitu juga dengan lirik, dimana tema ‘hitam’ lebih mendominasi. Mike dan John menyebutnya sangat fokus pada pengalaman pribadi saat menghadapi masa-masa sulit. John menulis lagu ‘A Nightmare to Remember’ yang mengisahkan kecelakaan mobil yang ia alami pada masa kecilnya. Lalu ada lagu ‘The Best of Times’, lagu karya Mike tentang kematian ayahnya setelah bergulat melawan kanker. Sementara lagu ‘The Shattered Fortress’ juga ditulis Mike, merupakan seri penutup dari 12 langkah mengatasi ketergantungan alkohol. Tema lirik yang mulai ia dengungkan sejak album ‘Six Degrees of Inner Turbulence’ (2002).

MAJESTY
Tiga mahasiswa asal Berklee College of Music di Boston AS; yakni John Myung, John Petrucci dan Mike Portnoy yang memulai cikal bakal DT pada 1985. Awalnya, ketiganya mengibarkan nama Majesty dan kebanyakan memainkan lagu-lagu milik Rush atau Iron Maiden. Ketiganya lantas merekrut personel tambahan, yakni kibordis Kevin Moore serta vokalis Chris Collins. Usai memproduksi demo berjudul ‘The Majesty Demos’ yang berhasil terjual sebanyak 1.000 kaset dalam enam bulan, Chris Collins keluar. Itu terjadi sekitar November 1986. Lantas masuk Charlie Dominici sebagai vokalis baru, yang terpilih setelah melewati proses audisi. Formasi inilah yang lantas merekam dan merilis debut ‘When Dream and Day Unite’ (1989), album yang digarap hanya dalam waktu tiga pekan.

Belum sempat memulai rekaman album berikutnya, Charlie dipecat dari band. Alasannya, masalah personal dan ketidakbecusannya mengikuti tuntutan konsep musik di Dream Theater. Setelah menggelar audisi yang diikuti lebih dari 200 penyanyi, mereka sempat merekrut vokalis bernama Steve Stones. Namun sekali lagi, karena kurang memuaskan; Steve pun dienyahkan. Akhirnya, dalam beberapa kesempatan manggung, mereka mengusung format instrumental dan memakai Ytse Jam sebagai nama band.

Pada Januari 1991, saat Mike Portnoy dkk sudah memulai proses penulisan lagu untuk album Dream Theater berikutnya, Kevin James LaBrie yang tadinya menghuni band glam metal bernama Winter Rose terbang dari Kanada ke New York untuk mengikuti audisi. Hanya dengan modal jamming tiga lagu, James LaBrie langsung direkrut. Formasi ini lantas masuk studio dan merampungkan album ‘Images and Words’ (1992) yang antara lain melejitkan lagu ‘Pull Me Under’, ‘Take the Time’ dan ‘Another Day’. Selanjutnya, perjalanan karir Dream Theater tidak lagi diwarnai pergantian posisi vokalis. Namun di belakang kibor, ada tiga nama yang pernah memperkuat band ini. Sebelum Jordan Rudess, tentunya ada Kevin Moore (1986-1994) dan Derek Sherinian (1994-1998).

DISKOGRAFI
When Dream and Day Unite (1989)
Images and Words (1992)
Awake (1994)
Falling into Infinity (1997)
Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory (1999)
Six Degrees of Inner Turbulence (2002)
Train of Thought (2003)
Octavarium (2005)
Systematic Chaos (2007)
Black Clouds & Silver Linings (2009)